Aku tak bisa melupakan masa-masa itu. Aku masih berusia 4
tahun. Banyak orang orang di tumahku. Suasana yang ramai, namun menyenangkan.
Memang tidak aneh banyak orang di bulan Ramadhan ini. Suasana yang sangan
mendukung, langit terlihat sangat cerah. Banyak burung, kupu-kupu berdatangan
di lengkapi dengan munculnya pelagi di atas sana. Memang pelangi itu tidak
nampak jelas. Namun suasana seperti ini pada saat itu mampu membuat kagum
seorang anak perempuan yang baru berusia 4 tahun.
Aku dan keluargaku tinggal bersana nenek, nenek dari ibuku.
Nenekku termasuk orang yang terkenal dikampung. Mungkin karena umurnya yang
sudah tua namun masih bisa beraktifitas. Pada masa penjajahan belandapun beliau
sudah lahir bahkan ikut berjuang. Nenekku termasuk orang yang paling tertua di
keluarga kami. Nenek mempunyai banyak relasi.
Dan bulan ramadhan ini banyak relasi nenekku yang datang
untuk saling memaafkan dan saling bersilatuhrami. Momen ini adalah momen yang
umat muslim tunggu-tunggu. Di setiap momentnya akan menjadi kenangan yang
indah. Tapi aku lebih senang dengan keadaan yang tenang (tidak banyak orang dan
tidak ramai). Di dalam rumah banyak orang yang asik mengobrol hingga lupa lupa
waktu. Yah mungkin momen itu momen yang jaang sekali di dapatkan, kerabat jauh
datang berkunjung dan mempunyai ceritanya masing-masing. Aku tidak membenci
situasi ini. Tapi aku lebih senag suasana yang tenang jauh dari keramaian.
Dan akhirnya aku lebih memilih barmain di luar bersama
soadaraku yang umurnya tidak jauh denganku. Kami asik bermain di halaman depan
rumah. Membuat kue lebaran yang bahannya dari tanah dan di tambah air. Dan
diatasnya kami hias dengan bunga kecil. Perasaanku ada seseorang yang sedang memperhatikan pada
kami. Aku mencari di setiap sudut, namun tak aku temukan jua. “Hemm apakah ini
hanya perasaanku saja?” ucapku dalam hati dengan keaadan heran. Aku yakin ada
seseorang yang sedang memperhatikan kami yang sedang bermain. Baiklah aku
mengaku kalah. Karena tak ada sau orangpun yang aku pergoki sedang
memperhatikan kami.
Tak lama beberapa menit dari situ, saat aku sudah tidak
perduli siapa yang sebenarnya memperhatikan kami. Aku memgokinya, yah tidak
salah lagi anak laki-laki itu sedang memperhatiakan kami sejak tadi. Anak
laki-laki itu sedang bermain dengan salah satu sodara laki-lakiku.
Tatapannya itu; tatapan yang membuat aku risih. Tatapan yang
sepertinya tidak menyukai kami. Matanya berbicara seakan kami dan dirinya
adalah musuh. Musuh yang tidak mungkin menjadi temaan. Sepertinya anak
laki-laki itu salah satu anak dari relasi nenek atau ibuku.
*satu tahun berlalu...
Kini aku sedah bermur 5 tahun dan awal pertama kali aku
menduduki bangku TK. Aku selalu mengijuti kemana ibuku pergi. Ibuku pergi
kerumah teman dekatnya, tentu saja aku ikut dengan ibuku. Dan aku melihat salah
satu anak laki-laki yang sepertinya wajahnya pernah aku lihat. Yah sekarang aku
ingat wajah yang sempat membuat aku kesal.Anak laki-laki itu adalah anak yang
setahun lalu pernah temui tanpa sengaja di rumah ku. Sepertinya hubungan
keluarga ku dengannya cukup dekat dan sepertinya mereka sudah saling mengenal
sejak lama.
*tiga tahun berlalu
Ayah dan ibuku mengajakku untuk pergi ke rumah teman mereka.
Dan aku hana bisa mengikuti ajakannya, karena mau bagai manapun aku tidak bisa
menolak ajakan orang tuaku sendiri. Dan yah lagi-lagi aku bertemu dengan anak
laki-laki itu. Ternyata rumah yang aku kunjungi adalah rumah orang tuanya, dan
tentu saja dia jug tinggal di rumah itu.
Aku duduk di antara ayah dan ibuku di sofa ruang depan
rumahnya. Baru saja aku duduk, aku mendengar suara pintu yang sengaja di tutup.
Oke itu adalah ulah anak laki-laki itu. Tinggaknya membuat aku geli. Dia
laki-laki tapi tingkahnya sepeti anak perempuan yang banyak tingkah. Aku
berhasil memergokinya sengang memperhaikan kamu dari celah pintu kamarnya.
*tiga tahun berlalu
Semakin tahun semakin sering aku bertemu dengannya. Dan kali
ini aku di buli dengannya. Katanya dia suka padaku. Tapi aku sebaliknya, aku
tak menyukainya. Tingkahnya di hadapanku itu membuatku risih. Setiap aku
melihatnya moodku berubah menjadi
buruk. Dan tanpa aku sadari setiap aku melihatnya wajahlku berubah menjadi
sinis dan jutek katanya.
Setiba diruma, keluargaku berkumpul dan tahukah kalian ??
Mereka sedang membicarakan keluarga anak laki-laki itu. Mereka bilang sih
namanya Yoga. Mereka bilang kalau keluarganya tuh kekeuh menjodohkan dengan
nya. Dan yang paling antusias adaah nenek dan kakekenya. Keadaan ini semakin
membuatku takut dan tidak nyaman.
* tiga tahun berlalu
Aku mulai senang dengan situasi ini. Sepertinya aku
benar-benar ingin jadi dengannya. Tapi tidak ada pihak lain yang tau dengan
perasanku ini. Ayah dan onnya sering mengodaku dan memanggilku dengan sebutan ‘Yoga’.
Tapi seperti biasanya aku hanya bisa memberikan wajah seperti yang tidak
perduli.
Lama-lama aku mulai terbiasa dan orangtuanya aku belajar
bersama. Karena umur kamu sepantaran walau dia lebih tua 5 bulan dariku. Orang tuanya khawatir dengan keadaan anak
laki-lakinya. Tapi aku sebatas hanya mengajarinya saja tidak lebih. Ak ada
topik yang pernah aku bahsa denganya.
Tanpa aku sadari aku mlai menyukainya lebih. Entah dari mana
persaan itu muncul. Kami satu sekolah. Tapi aku mempunyai teman perempuan yang
satu sekolah denganya. Tapi temanku Novi tidak tau kalau aku mengenalnya. Dan aku
hanya bisa diam di saat mereka sedang membicarakannya. Ternyata dia cukup
populer di sekolahnya. Katanya Yoga sempat beberapa kali berganti-ganti
pasangan. Dan entah mengapa hatiku ini tiba-tiba rasanya sesak. Mungkin ini
yang dinamakan cemburu.
*satu tahun berlalu
Tidak hanya teman sekolahnya yang mengagumi Yoga, teman
dekatku juga menganguminya. Bella dia menyukai Yoga sejak 3 tahun lalu katanya.
Duh lalu siap lagi selanjutnya?? Bela juga tidak mengetahui kalau aku cukup
deka dengan keluarganya. Dan saat itu sedang ada acara untuk semumuran kami.
***bersambung