Minggu, 17 Maret 2013

Mungkin Aku dan Kamu Tidak di Takdirkan bersama


Aku tak bisa melupakan masa-masa itu. Aku masih berusia 4 tahun. Banyak orang orang di tumahku. Suasana yang ramai, namun menyenangkan. Memang tidak aneh banyak orang di bulan Ramadhan ini. Suasana yang sangan mendukung, langit terlihat sangat cerah. Banyak burung, kupu-kupu berdatangan di lengkapi dengan munculnya pelagi di atas sana. Memang pelangi itu tidak nampak jelas. Namun suasana seperti ini pada saat itu mampu membuat kagum seorang anak perempuan yang baru berusia 4 tahun.
Aku dan keluargaku tinggal bersana nenek, nenek dari ibuku. Nenekku termasuk orang yang terkenal dikampung. Mungkin karena umurnya yang sudah tua namun masih bisa beraktifitas. Pada masa penjajahan belandapun beliau sudah lahir bahkan ikut berjuang. Nenekku termasuk orang yang paling tertua di keluarga kami. Nenek mempunyai banyak relasi.

Dan bulan ramadhan ini banyak relasi nenekku yang datang untuk saling memaafkan dan saling bersilatuhrami. Momen ini adalah momen yang umat muslim tunggu-tunggu. Di setiap momentnya akan menjadi kenangan yang indah. Tapi aku lebih senang dengan keadaan yang tenang (tidak banyak orang dan tidak ramai). Di dalam rumah banyak orang yang asik mengobrol hingga lupa lupa waktu. Yah mungkin momen itu momen yang jaang sekali di dapatkan, kerabat jauh datang berkunjung dan mempunyai ceritanya masing-masing. Aku tidak membenci situasi ini. Tapi aku lebih senag suasana yang tenang jauh dari keramaian.

Dan akhirnya aku lebih memilih barmain di luar bersama soadaraku yang umurnya tidak jauh denganku. Kami asik bermain di halaman depan rumah. Membuat kue lebaran yang bahannya dari tanah dan di tambah air. Dan diatasnya kami hias dengan bunga kecil. Perasaanku ada seseorang yang sedang memperhatikan pada kami. Aku mencari di setiap sudut, namun tak aku temukan jua. “Hemm apakah ini hanya perasaanku saja?” ucapku dalam hati dengan keaadan heran. Aku yakin ada seseorang yang sedang memperhatikan kami yang sedang bermain. Baiklah aku mengaku kalah. Karena tak ada sau orangpun yang aku pergoki sedang memperhatikan kami.

Tak lama beberapa menit dari situ, saat aku sudah tidak perduli siapa yang sebenarnya memperhatikan kami. Aku memgokinya, yah tidak salah lagi anak laki-laki itu sedang memperhatiakan kami sejak tadi. Anak laki-laki itu sedang bermain dengan salah satu sodara laki-lakiku.
Tatapannya itu; tatapan yang membuat aku risih. Tatapan yang sepertinya tidak menyukai kami. Matanya berbicara seakan kami dan dirinya adalah musuh. Musuh yang tidak mungkin menjadi temaan. Sepertinya anak laki-laki itu salah satu anak dari relasi nenek atau ibuku.

*satu tahun berlalu...
Kini aku sedah bermur 5 tahun dan awal pertama kali aku menduduki bangku TK. Aku selalu mengijuti kemana ibuku pergi. Ibuku pergi kerumah teman dekatnya, tentu saja aku ikut dengan ibuku. Dan aku melihat salah satu anak laki-laki yang sepertinya wajahnya pernah aku lihat. Yah sekarang aku ingat wajah yang sempat membuat aku kesal.Anak laki-laki itu adalah anak yang setahun lalu pernah temui tanpa sengaja di rumah ku. Sepertinya hubungan keluarga ku dengannya cukup dekat dan sepertinya mereka sudah saling mengenal sejak lama.

*tiga tahun berlalu
Ayah dan ibuku mengajakku untuk pergi ke rumah teman mereka. Dan aku hana bisa mengikuti ajakannya, karena mau bagai manapun aku tidak bisa menolak ajakan orang tuaku sendiri. Dan yah lagi-lagi aku bertemu dengan anak laki-laki itu. Ternyata rumah yang aku kunjungi adalah rumah orang tuanya, dan tentu saja dia jug tinggal di rumah itu.
Aku duduk di antara ayah dan ibuku di sofa ruang depan rumahnya. Baru saja aku duduk, aku mendengar suara pintu yang sengaja di tutup. Oke itu adalah ulah anak laki-laki itu. Tinggaknya membuat aku geli. Dia laki-laki tapi tingkahnya sepeti anak perempuan yang banyak tingkah. Aku berhasil memergokinya sengang memperhaikan kamu dari celah pintu kamarnya.

*tiga tahun berlalu
Semakin tahun semakin sering aku bertemu dengannya. Dan kali ini aku di buli dengannya. Katanya dia suka padaku. Tapi aku sebaliknya, aku tak menyukainya. Tingkahnya di hadapanku itu membuatku risih. Setiap aku melihatnya moodku berubah menjadi buruk. Dan tanpa aku sadari setiap aku melihatnya wajahlku berubah menjadi sinis dan jutek katanya.
Setiba diruma, keluargaku berkumpul dan tahukah kalian ?? Mereka sedang membicarakan keluarga anak laki-laki itu. Mereka bilang sih namanya Yoga. Mereka bilang kalau keluarganya tuh kekeuh menjodohkan dengan nya. Dan yang paling antusias adaah nenek dan kakekenya. Keadaan ini semakin membuatku takut dan tidak nyaman.

* tiga tahun berlalu
Aku mulai senang dengan situasi ini. Sepertinya aku benar-benar ingin jadi dengannya. Tapi tidak ada pihak lain yang tau dengan perasanku ini. Ayah dan onnya sering mengodaku dan memanggilku dengan sebutan ‘Yoga’. Tapi seperti biasanya aku hanya bisa memberikan wajah seperti yang tidak perduli.
Lama-lama aku mulai terbiasa dan orangtuanya aku belajar bersama. Karena umur kamu sepantaran walau dia lebih tua 5 bulan dariku.  Orang tuanya khawatir dengan keadaan anak laki-lakinya. Tapi aku sebatas hanya mengajarinya saja tidak lebih. Ak ada topik yang pernah aku bahsa denganya.
Tanpa aku sadari aku mlai menyukainya lebih. Entah dari mana persaan itu muncul. Kami satu sekolah. Tapi aku mempunyai teman perempuan yang satu sekolah denganya. Tapi temanku Novi tidak tau kalau aku mengenalnya. Dan aku hanya bisa diam di saat mereka sedang membicarakannya. Ternyata dia cukup populer di sekolahnya. Katanya Yoga sempat beberapa kali berganti-ganti pasangan. Dan entah mengapa hatiku ini tiba-tiba rasanya sesak. Mungkin ini yang dinamakan cemburu.

*satu tahun berlalu
Tidak hanya teman sekolahnya yang mengagumi Yoga, teman dekatku juga menganguminya. Bella dia menyukai Yoga sejak 3 tahun lalu katanya. Duh lalu siap lagi selanjutnya?? Bela juga tidak mengetahui kalau aku cukup deka dengan keluarganya. Dan saat itu sedang ada acara untuk semumuran kami. 

***bersambung

@dinahaqf