Jumat, 14 Desember 2012

Sebatas Mimpi #1

Sudah lama nggak keluar rumah. Seklian nyari ispirasi desain rumah ah. Sepertinya asik nih di bawah terangnya sang rembulan dan sang bintang aku mencari ispirasiku. Kira- kira kemana ? Ke danau dekat taman bermainku dulu, sepertinya ide yang tidak terlalu buruk.

Setelah aku memutuskan ke arah mana aku akan melaju, akhirnya aku nyalakan mobil di garasi rumahku. Wah, jalannya sudah mulai sepi. Dan tidak banyak orang yang masih berjualan di sekitar sini. Aku menikmati jalan yang aku lewati ini. Semuanya tidak begitu asing bagiku. Seakan aku dan jalan ini sudah menyatu padu. Tempat inilah yang mempertemukan aku dengan dirinya. Saat aku menangis dan lari ke Danau sesudah mendengar kabar bahwa ibuku meninggalkan dunia ini untuk selamnya.



Walau ini bukan kali pertamanya aku ditinggalkan oleh orang tuaku kali ini tragis. Kini aku tidak memiliki orang tua lagi. Walau saat itu aku masih kecil dan belum terlalu mengerti masalah ini, tetap saja ada yang hilang dari setengah nafasku ini. Saat itu ayahku yang sudah 4 tahun meninggal sebelum ibu, aku selalu iri melihat mereka bermain di temani oleh ke dua orang tua mereka. Setelah ayahku meninggal ibuku kini menyusul untuk menemaninya di alam lain. Bertepatan saat usiaku yang ke 13. Ironis memang memang, aku yang pada saat itu sangat membutuhkan dukungan dari mereka, mereka malah tidak ada. Tak ada yang bisa mendukungku untuk menjalani hidup ini.

Tanpa aku sadari aku sedah terlalu lama menagisi kematiaan ibuku di depan danau itu. Aku hanya bisa memandang danau yang ada di hadapanku dengan tatapan kosong. Tak ada yang aku perdulian pada saat itu. Hingga aku tak sadar, tiba tiba ada yang menyodorkanku semuah sapu tangan berbahan lembut itu.

"Sudahlah jangan menangis. Semua ini tak akan pernah selesai hanya dengan kau mengegluarkan air mata indah mu itu. Hingga kau tak menyadari bajumu sudah di penuhi oleh air matamu. Jika kau ingin menagis silahkan saja. Aku tak melarang itu. Tapi setelah kau menangis dengan puas, berjanjilah pada dirimu sendiri bahwa ini adalah tangisan sedih mu yang terakhir", lelaki itu yang menyodorkan ku sebuah saputangan dan tiba-tiba duduk tepat disampingku.

Akupun mengambil saputangan yang dia tawarkan padaku. Maksudku supada dia cepat pergi dariku. Tapi aku salah. Dia malah duduk tepat disampingku. Dan mengeluarkan kata semaunya. Tanpa aku meminta komentar darinya. Aku tak tau siapa dia sebenarnya. Sepertinya usia dia kira-kira 3 tahun lebih tua dariku.Dia mengenakan seragam SMA.

Siapa dia? Dengan mudahnya dia berkata seperti itu, dia tidak tau apa yang sedang aku alamai saat ini. Dia tidak tau apa yang rasakan saat ini. Orang yang lebih tua selalu saja begitu. Sok tau segalanya. Sok tau apa yang sedang di alami oleh anak yang berusia sepertiku 'anak SMP'.

"Yah sudah itu untuk mu saja. Gunakan saat kau benar-benar membutuhkannya. Aku pergi duluan yah. Semoga saat kita bertemu lagi disini atau dimana pun. Kuharap keaadaan mu sudah jauh lebih baik", laki-laki itu perlahan hilang dari hadapanku.

BERSAMBUNG.....

@dinahaqf