Hiks hiks
Aku mencari dari mana suara tangisan itu berasal. Aku
mencari di setiap ruangan yang ada di rumahku. Ruang keluarga, dapur, balkon
tapi tak ku temui juga. Ada satu reangan yang belum aku cek, yaitu kamar orang
tuaku. Tapi aku tak berani untuk masuk. Aku hanya mengecek dari depan pintu
kamar orang tuaku. Ternyata benar suara itu adalah suara tangisan ibuku.
Akhirnya aku beranikan diri untuk mengintip dari balik pintu. Aku melihat ibuku
sedang menangis di atas tempat tidurnya. Aku rasa ibu sedang berusaha untuk
menutupi ini dari anak-anaknya. Cara menangisnya pun sangat tak wajar bagiku.
Giginya menggigit bibirnya sekuat tenanga. Ibu lebih memilih bibirnya di
banding anak-anaknya mengetahui masalah ini. Hatiku rasanya teriris dan sesak
melihat ibu seperti ini. Ibu membutuhkan seseorang di sampingnya. Tapi aku
terlalu terlalu jaim untuk
melakukannya.
Anak apa aku ini
yang tak bisa berada di sampingnya, tak bisa mendengarkan keluh kesahnya. Untuk
apa aku ada di bumi sedangkan aku tak bisa melakukan apa-apa untuk ibuku
sendiri. Ingin rasanya aku memaki orang yang telah membuat ibuku menangis.Tapi
aku tak bisa melakukannya karena permintaan dari ibuku. Ibuku terlalu sabar.
Sempat aku melontarkan kata yang aku sendiri tak sadar aku telah melontarkan
kata-kata itu.