Perkenalan kita yang secara tidak sengaja, berjalan hingga kini. Perkenala yang sebenarnya tak etis untukku. Aku sama sekali tak mengenalmu. Perkenalan yang diawali dengan ke tak sengajaan. Aku kira, kamu setingkat denganku. Ternyata tidak. Kamu lebih tua dua tahun di atasku. Beni.
Sebenarnya aku yang salah. Aku salah mengiramu setingkat denganku. Malu. Yah, aku malu. Dia bilang dia mengenalku. Tapi sayangnya aku tidak. Di mulai dengan sapaan sderhana. Hingga semuanya terus berjalan mengikuti arusnya waktu. Kau menyapaku dengan senyuman manismu. Lalu aku balas dengan senyumanku.
Lalu sedikit demi sedikit, kamu mendekatiku. Bukannya aku tak ingin. Tapi aku sedang lelah dengan hal seperti itu. Aku memilih berteman denganmu. Teman. Mengkin itu lebih dari cukup. Karena sudah ada yang lain dihatiku saat itu. Hatiku sudah tertutup rapat. Tak ada yang bisa menggantikan dia di hatiku. Sebut saja dia Wendy.
Aku sudah lama mengenal wendy. Sejak kami masih kecil. Tapi sayang diantara kami tak ada yang berani mengutarakan perasaan kami masing-masing. Entah karena hanya aku yang merasakan perasaan ini. Seberapa orang yang datang menghampiriku aku tetap tak dapat melupakan dan melepas wendi dari ingatanku.
Hingga sudah lebih 12 tahun aku mengenal wendy. Dimana aku sudah merasakan rasa lelah. Lelah yang aku rasakan sendiri. Perjuangan yang aku jalani sendiri. Aku lelah untuk menahannya hingga sejauh ini. Sungguh aku sudah terlalu sakit untuk jatuh ke lubang yang sama, lubang yang sengaja kau buat untukku. Aku terlalu bodoh untuk terus mempertahankannya. Mempertahankan semua ini sendiri. Yang sebenarnya tak pernah dia perduli tentang ini.
Beni. Dia sealu ada di sampingku. Walau sebenarnya sudah aku usir dari kehidupanku. Dia tetap bertahan. Hingga akhirnya aku luluh. Dan belajar membukakan pintu hatiku untuknya. Kali ini Beni membuat aku membuka mataku. Bahwa dunia ini tak hanya di tentukan oleh satu orang saja. Dunia ini begitu indah. Dan sayang untuk di lewatkan.
Dan walau sekarang aku belum mengetahui,pada akhirnya kemana hatiku akan berlabuh. Entah pada seseorang yang aku kenal atau dengan orang yang tidak aku kenal sama sekalu. Aku hanya bisa berdoa. Semoga kita mendapatkan yang terbaik. :))
Popular Posts
-
Buatlah sebuah program dengan menggunakan bahasa java dengan algoritma dan ketentuan berikut ini , Program Kalkulator Sederhana T...
-
Saat ku tenggelam dalam sendu Waktupun enggan untuk berlalu Ku berjanji tuk menutup pintu hatiku Entah untuk siapapun itu Semak...
-
Anda ingin menyebarkan dokumen dokumen melalui internet tetapi tidak ingin orang lain bisa dengan mudah copy-paste teks yang ada didalamny...
-
Ini adalah cerita seorang gadis. Pada saat ada di upacara pemakaman ibunya yang baru meninggal, dia bertemu dengan seorang laki-laki yang...
-
Disaat kamu terjatuh ingatlah saat seseorang memberikan semangat padamu. Dissat kamu sedang sendiri ingatlah disaat kamu memiliki teman yan...
-
Korea adalah salah satu negara yang ingin aku kunjungi. Bahkan kalau bisa, aku ingin menjadi penduduk tetap disana. Walau pada kenyataa...
-
Dimulai dari 2010 kalau tidak salah. Aku lebih memilih melanjutkan ke SMK. Entah dari mana pemikiran itu tiba-tiba muncul. Tentu saja SMK ad...
-
Mungkin aku adalah anak yang tak tau malu Sering kali aku membantah kata-katamu Aku yang pernah membuatmu kecewa Aku yang pernah membua...
-
Kemarin kulihat awan membentuk wajahmu Desah angin meniupkan namamu Tubuhku terpaku semalam Bulan sabit melengkungkan senyummu...
-
Sholeh Wow hari gini jarang banget ada cowok yang soleh. Ngga cuma ngaku-ngaku dia isalam aja. Tapi dia juga ngelakuin sesuatu yang seha...
Recent Posts
,
Sample Text
" Take your life with your dream....!!! "
Blog Archive
Partner
Kamu..
Perkenalan kita yang secara tidak sengaja, berjalan hingga kini. Perkenala yang sebenarnya tak etis untukku. Aku sama sekali tak mengenalmu. Perkenalan yang diawali dengan ke tak sengajaan. Aku kira, kamu setingkat denganku. Ternyata tidak. Kamu lebih tua dua tahun di atasku. Beni.
Sebenarnya aku yang salah. Aku salah mengiramu setingkat denganku. Malu. Yah, aku malu. Dia bilang dia mengenalku. Tapi sayangnya aku tidak. Di mulai dengan sapaan sderhana. Hingga semuanya terus berjalan mengikuti arusnya waktu. Kau menyapaku dengan senyuman manismu. Lalu aku balas dengan senyumanku.
Lalu sedikit demi sedikit, kamu mendekatiku. Bukannya aku tak ingin. Tapi aku sedang lelah dengan hal seperti itu. Aku memilih berteman denganmu. Teman. Mengkin itu lebih dari cukup. Karena sudah ada yang lain dihatiku saat itu. Hatiku sudah tertutup rapat. Tak ada yang bisa menggantikan dia di hatiku. Sebut saja dia Wendy.
Aku sudah lama mengenal wendy. Sejak kami masih kecil. Tapi sayang diantara kami tak ada yang berani mengutarakan perasaan kami masing-masing. Entah karena hanya aku yang merasakan perasaan ini. Seberapa orang yang datang menghampiriku aku tetap tak dapat melupakan dan melepas wendi dari ingatanku.
Hingga sudah lebih 12 tahun aku mengenal wendy. Dimana aku sudah merasakan rasa lelah. Lelah yang aku rasakan sendiri. Perjuangan yang aku jalani sendiri. Aku lelah untuk menahannya hingga sejauh ini. Sungguh aku sudah terlalu sakit untuk jatuh ke lubang yang sama, lubang yang sengaja kau buat untukku. Aku terlalu bodoh untuk terus mempertahankannya. Mempertahankan semua ini sendiri. Yang sebenarnya tak pernah dia perduli tentang ini.
Beni. Dia sealu ada di sampingku. Walau sebenarnya sudah aku usir dari kehidupanku. Dia tetap bertahan. Hingga akhirnya aku luluh. Dan belajar membukakan pintu hatiku untuknya. Kali ini Beni membuat aku membuka mataku. Bahwa dunia ini tak hanya di tentukan oleh satu orang saja. Dunia ini begitu indah. Dan sayang untuk di lewatkan.
Dan walau sekarang aku belum mengetahui,pada akhirnya kemana hatiku akan berlabuh. Entah pada seseorang yang aku kenal atau dengan orang yang tidak aku kenal sama sekalu. Aku hanya bisa berdoa. Semoga kita mendapatkan yang terbaik. :))
Sebenarnya aku yang salah. Aku salah mengiramu setingkat denganku. Malu. Yah, aku malu. Dia bilang dia mengenalku. Tapi sayangnya aku tidak. Di mulai dengan sapaan sderhana. Hingga semuanya terus berjalan mengikuti arusnya waktu. Kau menyapaku dengan senyuman manismu. Lalu aku balas dengan senyumanku.
Lalu sedikit demi sedikit, kamu mendekatiku. Bukannya aku tak ingin. Tapi aku sedang lelah dengan hal seperti itu. Aku memilih berteman denganmu. Teman. Mengkin itu lebih dari cukup. Karena sudah ada yang lain dihatiku saat itu. Hatiku sudah tertutup rapat. Tak ada yang bisa menggantikan dia di hatiku. Sebut saja dia Wendy.
Aku sudah lama mengenal wendy. Sejak kami masih kecil. Tapi sayang diantara kami tak ada yang berani mengutarakan perasaan kami masing-masing. Entah karena hanya aku yang merasakan perasaan ini. Seberapa orang yang datang menghampiriku aku tetap tak dapat melupakan dan melepas wendi dari ingatanku.
Hingga sudah lebih 12 tahun aku mengenal wendy. Dimana aku sudah merasakan rasa lelah. Lelah yang aku rasakan sendiri. Perjuangan yang aku jalani sendiri. Aku lelah untuk menahannya hingga sejauh ini. Sungguh aku sudah terlalu sakit untuk jatuh ke lubang yang sama, lubang yang sengaja kau buat untukku. Aku terlalu bodoh untuk terus mempertahankannya. Mempertahankan semua ini sendiri. Yang sebenarnya tak pernah dia perduli tentang ini.
Beni. Dia sealu ada di sampingku. Walau sebenarnya sudah aku usir dari kehidupanku. Dia tetap bertahan. Hingga akhirnya aku luluh. Dan belajar membukakan pintu hatiku untuknya. Kali ini Beni membuat aku membuka mataku. Bahwa dunia ini tak hanya di tentukan oleh satu orang saja. Dunia ini begitu indah. Dan sayang untuk di lewatkan.
Dan walau sekarang aku belum mengetahui,pada akhirnya kemana hatiku akan berlabuh. Entah pada seseorang yang aku kenal atau dengan orang yang tidak aku kenal sama sekalu. Aku hanya bisa berdoa. Semoga kita mendapatkan yang terbaik. :))
Visitor
Dina Haq F. Diberdayakan oleh Blogger.
Translate
Kamu..
Perkenalan kita yang secara tidak sengaja, berjalan hingga kini. Perkenala yang sebenarnya tak etis untukku. Aku sama sekali tak mengenalmu. Perkenalan yang diawali dengan ke tak sengajaan. Aku kira, kamu setingkat denganku. Ternyata tidak. Kamu lebih tua dua tahun di atasku. Beni.
Sebenarnya aku yang salah. Aku salah mengiramu setingkat denganku. Malu. Yah, aku malu. Dia bilang dia mengenalku. Tapi sayangnya aku tidak. Di mulai dengan sapaan sderhana. Hingga semuanya terus berjalan mengikuti arusnya waktu. Kau menyapaku dengan senyuman manismu. Lalu aku balas dengan senyumanku.
Lalu sedikit demi sedikit, kamu mendekatiku. Bukannya aku tak ingin. Tapi aku sedang lelah dengan hal seperti itu. Aku memilih berteman denganmu. Teman. Mengkin itu lebih dari cukup. Karena sudah ada yang lain dihatiku saat itu. Hatiku sudah tertutup rapat. Tak ada yang bisa menggantikan dia di hatiku. Sebut saja dia Wendy.
Aku sudah lama mengenal wendy. Sejak kami masih kecil. Tapi sayang diantara kami tak ada yang berani mengutarakan perasaan kami masing-masing. Entah karena hanya aku yang merasakan perasaan ini. Seberapa orang yang datang menghampiriku aku tetap tak dapat melupakan dan melepas wendi dari ingatanku.
Hingga sudah lebih 12 tahun aku mengenal wendy. Dimana aku sudah merasakan rasa lelah. Lelah yang aku rasakan sendiri. Perjuangan yang aku jalani sendiri. Aku lelah untuk menahannya hingga sejauh ini. Sungguh aku sudah terlalu sakit untuk jatuh ke lubang yang sama, lubang yang sengaja kau buat untukku. Aku terlalu bodoh untuk terus mempertahankannya. Mempertahankan semua ini sendiri. Yang sebenarnya tak pernah dia perduli tentang ini.
Beni. Dia sealu ada di sampingku. Walau sebenarnya sudah aku usir dari kehidupanku. Dia tetap bertahan. Hingga akhirnya aku luluh. Dan belajar membukakan pintu hatiku untuknya. Kali ini Beni membuat aku membuka mataku. Bahwa dunia ini tak hanya di tentukan oleh satu orang saja. Dunia ini begitu indah. Dan sayang untuk di lewatkan.
Dan walau sekarang aku belum mengetahui,pada akhirnya kemana hatiku akan berlabuh. Entah pada seseorang yang aku kenal atau dengan orang yang tidak aku kenal sama sekalu. Aku hanya bisa berdoa. Semoga kita mendapatkan yang terbaik. :))
Sebenarnya aku yang salah. Aku salah mengiramu setingkat denganku. Malu. Yah, aku malu. Dia bilang dia mengenalku. Tapi sayangnya aku tidak. Di mulai dengan sapaan sderhana. Hingga semuanya terus berjalan mengikuti arusnya waktu. Kau menyapaku dengan senyuman manismu. Lalu aku balas dengan senyumanku.
Lalu sedikit demi sedikit, kamu mendekatiku. Bukannya aku tak ingin. Tapi aku sedang lelah dengan hal seperti itu. Aku memilih berteman denganmu. Teman. Mengkin itu lebih dari cukup. Karena sudah ada yang lain dihatiku saat itu. Hatiku sudah tertutup rapat. Tak ada yang bisa menggantikan dia di hatiku. Sebut saja dia Wendy.
Aku sudah lama mengenal wendy. Sejak kami masih kecil. Tapi sayang diantara kami tak ada yang berani mengutarakan perasaan kami masing-masing. Entah karena hanya aku yang merasakan perasaan ini. Seberapa orang yang datang menghampiriku aku tetap tak dapat melupakan dan melepas wendi dari ingatanku.
Hingga sudah lebih 12 tahun aku mengenal wendy. Dimana aku sudah merasakan rasa lelah. Lelah yang aku rasakan sendiri. Perjuangan yang aku jalani sendiri. Aku lelah untuk menahannya hingga sejauh ini. Sungguh aku sudah terlalu sakit untuk jatuh ke lubang yang sama, lubang yang sengaja kau buat untukku. Aku terlalu bodoh untuk terus mempertahankannya. Mempertahankan semua ini sendiri. Yang sebenarnya tak pernah dia perduli tentang ini.
Beni. Dia sealu ada di sampingku. Walau sebenarnya sudah aku usir dari kehidupanku. Dia tetap bertahan. Hingga akhirnya aku luluh. Dan belajar membukakan pintu hatiku untuknya. Kali ini Beni membuat aku membuka mataku. Bahwa dunia ini tak hanya di tentukan oleh satu orang saja. Dunia ini begitu indah. Dan sayang untuk di lewatkan.
Dan walau sekarang aku belum mengetahui,pada akhirnya kemana hatiku akan berlabuh. Entah pada seseorang yang aku kenal atau dengan orang yang tidak aku kenal sama sekalu. Aku hanya bisa berdoa. Semoga kita mendapatkan yang terbaik. :))